Assalamu’alaikum wr.wb

Sejenak marilah kita baca hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud & Ahmad ini…

“Pengkhianatan terbesar adalah jika kamu berbicara kepada saudaramu dan ia mempercayaimu tapi ternyata kamu berbohong kepadanya.”

Sepintas Angga menangkap maksud hadits tersebut adalah jika kebohongan yang dimaksud adalah kebohongan serius, bukan kebohongan candaan…
Tapi kemudian… Angga merasa cemas… Hadits itu begitu jelas dan gamblang… Tidak memandang sesuatu apakah itu keseriusan atau sebuah candaan belaka… Bahkan ketika Angga mencoba untuk mentolerir “bagaimana jika berbohong untuk kebaikan?, bagaimana misalnya ada seseorang yang dikejar preman lalu bersembunyi di rumah kita & ia memohon agar kita tidak memberitahukan keberadaannya?”…
Kembali Angga merasa sesak… manakala membaca kisah Khulafaur Rasyidin dan orang-orang shaleh dijamannya, tidak peduli apakah orang yang dicari bersalah, tidak peduli apakah yang mencari orang itu adalah pembesar bahkan Khalifah sekalipun… Jika orang bersalah tersebut minta perlindungan dan ia menyanggupi, tak ada kebohongan disana… Semua dengan jelas dikatakan…
Dengan tegas orang-orang shaleh itu mengatakan “Aku tidak tau apa masalahmu terhadapnya, tapi dia sudah minta perlindungan dengan ku di dalam rumah ini dan aku menyanggupinya, maka tak kan ada seorangpun yang boleh menyentuhnya selama dia berada di rumah ini…”

Umar bin Abdul Aziz, khalifah fenomenal sepanjang masa…
Pada saat menjadi gubernur di Madinah, ada seorang buron dari propinsi lain yang datang ke Madinah dan minta perlindungannya… dan ia menyanggupinya…
Dengan tenang dan tegas ketika Gubernur Hajjaj yang dikenal paling kejam “SEPANJANG MASA” (bayangkanlah sepanjang masa — sampai kiamat bukan?) mendatanginya… Ia dengan pun berkata “Tak kan ku biarkan seorangpun menyakitinya selama ia menginjakkan bumi Madinah”…
Ia tidak menyembunyikan keberadaan orang tersebut dengan mengatakan tidak ada… Tapi ia malah dengan jujurnya mengatakan bahwa orang itu ada…

Pernah baca Ayat-ayat Cinta???
Coba bacalah bagian dimana Fahri dengan tenang dan tegasnya membela warga Amerika yang secara naluri mesti kita sangat membencinya karena kebrutalan mereka terhadap Afganistan dan negara-negara Islam lainnya…
Tapi Fahri tetap menjunjung ajaran Rasulullah SAW…
Ia tidak berusaha untuk “menyembunyikan” mereka dengan berbagai dalil yang tidak masuk akal hanya agar supaya orang2 Mesir yang marah bisa reda…
Tapi ia membelanya dengan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullaah saw…
Ia tetap membela hak warga Amerika karena pesan Rasulullah yang sangat pengasih dan adil disebabkan mereka adalah Ahlu Dzimmah… Menyakiti Ahlu Dzimmah berarti menyakiti Rasulullah SAW…

Ada sebuah buku tentang Khulafaur Rasyidin terbitan Diponegoro dirumah Angga. Buku ini adalah kiriman dari teman chatting di Tasik. Terimakasih untuknya. Buku disajikan dengan entahlah…
Ada ketenangan luar biasa dalam penyajiannya, tiada pembelaan terhadap seorang khalifah terhadap khalifah lain… Yang tidak Angga temukan dalam pembahasan Khulafaur Rasyidin dibuku-buku lain… Buku ini penuh dengan kisah-kisah ketawadhu’an, kejujuran, keadilan, keberanian, meski dalam senda gurau sekali pun tak ada kebohongan…

“Pengkhianatan terbesar adalah jika kamu berbicara kepada saudaramu dan ia mempercayaimu tapi ternyata kamu berbohong kepadanya.”

Hadits ini seolah-olah berkata kepada Angga… Kebohongan meski senda gurau merupakan awal dari kebohongan serius… Sesuatu itu tak akan dilarang oleh Alloh dan Rasulnya jika tak ada mudharatnya disana… Dan Astaghfirullah… disaat kita berbohong lalu ia mempercayainya kita disebut “PENGKHIANAT TERBESAR” yang telah melakukan “PENGKHIANATAN TERBESAR”

Entahlah… Angga juga masih belum paham apa maksud hadits tersebut…
Apakah jika suami memuji masakan istrinya yang asin dibilang enak dengan tujuan untuk menyenangkan istri juga disebut pengkhianatan terbesar…
Apakah ketika anak berpura-pura senang dengan hadiah dari orangtua padahal ia tak suka hanya demi melihat orangtuanya merasa bahagia bahwa hadianya tepat juga disebut pengkhianatan terbesar…
Apakah ketika ada seseorang yang bertanya tentang kejelekan seseorang kepada kita lalu kita mengatakan tidak ada yang jelek padanya adalah kebohongan…????
Apakah menyembunyikan aib seseorang termasuk kebohongan…????

Mengenai hal ini Angga yakin ada penjelesan… tidak mungkin sesuatu yang terucap dari bibir seorang Muhammad SAW saling bertolak belakang… Tidak mungkin kalam yang turun dari langit kemudian tertulis dalam sebuah kitab yang bernama AlQuran saling baku hantam…

Kebohongan itu mungkin adalah ketika kita berbicara bohong kepada seseorang lalu ia benar-benar mempercayainya dan kita pun mentertawai dia karena kepercayaannya kepada kita….
Dan celakanya keadaan yang demikian sering dilakukan ketika kita ingin mencandai seseorang…

Tapi yang jelas Angga paling suka dengan hadits ini…

“Aku menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” (HR Bukhari & Muslim)..

Hadits ini sepertinya menguatkan keyakinan Angga selama ini…
Angga selalu meyakini bahwa apa yang kita yakini, apa yang kita ucapkan…
Suatu saat nanti akan terjadi…

Misal….
Kalo kita meyakini hanya dengan menyogok & koneksi, baru bisa jadi PNS, maka itulah yang akan terjadi…
Kalo kita meyakini hanya dengan menyogok & koneksi, baru bisa kuliah, maka itulah yang terjadi…
Yachh paling tidak point kedua udah terbukti…
Terbukti mereka yang yakin ga lulus… bener-bener secara nilai ga lulus…
Terbukti mereka yang yakin bisa lulus hanya dengan nyogok & koneksi… Ya mereka lulus dengan sogokan & koneksinya.. sementara nilai mereka ga lulus (itu karena mereka sendiri sebelum berjuang sudah meyakini bahwa nilai mereka akan jelek makanya mereka nyogok)

Berprasangka baiklah kepada Alloh sepahit apa pun keadaan, setidakjelas apapun penjelasan… Hingga akhirnya kita menemukan kebenaran itu sendiri…

Wallahu ‘alam
Wasalamu’alaikum wr.wb